Widget edited by super-bee

Minggu, 18 Juli 2010

kepiluan yang membungkam

Renjana itu kembali mengusik ragaku
Merepih lamunan dalam pigura anganku
Merangsek bawab jiwaku yang memang rentan
Jerumuskanku ke lembah terdalam

Helaian yang terjahit kemudian terkoyak
Dalam belenggu nista yang mengikat
Bibir kelu melepuh
Dalam kepiluan yang membungkam

(Joe Tampak )

Dy

Kidung sepi di tepian hati
Serasa mati jiwa terkelabui
Wahai lelaki,
apa yang kau cari dari wanita ini.?

Dy hanya seorang anak
Yang harus patuh kepada ibu dan bapak
Tiada boleh bergaul dengan khalayak
Takut membuat aib dan harga diri terinjak
Manusiawi bila sepi selimuti kalbu
Dy tak berani melangkah tanpa izin ibu
Sebaiknya kau jauhi hapus dy dari mimpi
yang akan kecewakanmu.

(Self Edward Jasmine)

Senja

Senja, Langit Merah
Senja memuram
Senja yang keletihan
Terpapar mentari rakus
Senja yang muram kemerahan
Senja telah terluka
Paparan derita yang panjang dan berekor ekor
Manusia bernyawa hanya menengadah pasrah menyerahkan raga berisi sukma
Senja langit yang memerah
Langit penuh oleh antrian
Ruh-ruh yang kembali padaNya
Tuhanku!
Terimalah kami!
Kami datang, setelah menempuh hidup yang jauh...

(Any Musrifah)

pagi

pagi..
harusnya aku bahagia menyambutmu,
menikmati gelombang awan,
gemricik air,
atau sekedar menikmati kenari di beranda rumahku,
tapi entah..
jemu memaku segala langkahku,
menegurku pada lelah,
menghisapku pada puncak kejenuhan..
aku ingin terbang..
membuang telaga madu yang telah kucecap dari bibirmu,
menghempaskan janji yang kau kalungkan pada leherku,
mencecerkan luka yang kau titipkan pada jantungku,
agar kau tahu..
aku mampu mengusirmu,
bukan hanya terus terpaku bisikmu di fikirku.
(Embun Pagi)

tasbih cinta

Jemari ini rasanya tak pernah lelah memutar
tasbih cinta.
Lalu aku tersenyum karena bintang yg bergelantungan
dilangit sebentar lagi tergenggam.
kelap kelip cinta berubah setelah bersantap duka nestapa.
Ini bukan mimpi,karena cinta benar benar
sudah menancap dihati.

(Wangi Pandan)

LAKSANA PUDAR MEWANGI'

Rasa yang tersimpan, membelai impian hati

Sepercik rayuan menggugah haluan jiwa

Akar yang menjalar di bwah usaran bumi

Lebih dari sekedar aras pohon jati.

Makna arti dari serapah bualan ini

Hanya sekedar temani galau rindu dlm puisi dan syair yang menjadi tumpahan serpihan kilau hati

(Iday Comunity)

‎" Cawan Kristal "

Setiap langkah menyisa jejak kenang dari kehilangan,.
namun
menyumber pembelajaran mendalam,..
dengan awal membangun puing puing
imaji,..
atas kebangkitan hati,.
sebait demi sebait lirih menapak
hasta pinta,..
dengan searah kiblat menyenandung,..

Siapkan lah cawan kemilau
kristal,..
tuk persembahkan saji altar romansa,..
mengabdilah
kesucian tanpa menatap retina keegoan,..
karna cinta yang
sesungguhnya cinta sejati tak merugikan,..
dalam jajaran keindahan
pancaran pelangi hati,...
tak harusnya menatap duniawi fana,..

walau cawan itu retakan tanah menggumpal,.
namun di dalamnya kemilau
kristal merangkum dinding hati,..
sang amor menancapkan anak
panah tak membidik luar,.
tepat tertuju dalam kibaran panji sejati,.
terbingkai
pelita romantisme memegah,..
percikan binar mata tak kuasa menatap,..
tapi
retina hati menebar aroma rasa,..

(Jimmy Hollyfield Culxs)

"Aku Pulang !"

"Aku Pulang !"
kali ini kata ini bukan dari drama televisi,
yang biasanya berarti seseorang pulang ke rumah ,
tapi di sini, di ruang kerja ini,
itu berarti aku sudah tamat dan mati,
Pamitanmu ini,
bagi yang lain adalah rutin
tapi bagiku, itu berarti selamat tinggal,
sebab tadi kutulis surat sembunyi sembunyi,
" bisakah kita ketemu sehabis jam kerja,
aku ingin bicara "
Nyatanya, kau pulang duluan.
Dan tukang kebun kantor kita, tertawa riang,
katanya kau memberinya baju buat putrinya,
Tapi itu baju yang kubelikan buatmu tadi siang.
Nah, bagaimana besok aku masuk kerja lagi ?
dengan kau di sebelah ruangku,
dan bendera kekalahan di pintuku ?
anak buahku memenangkan hatimu,
Malam nanti kalian pasti membicarakan aku,
dan pasti aku menjadi objek rasa kasihan
ah , betapa malunya aku

(Lawang Ludiro Bukan puisi)

Suatu ketika

Suatu ketika
Tatkala mendung bergelayut
Angin bertiup tanpa tanya lagi
Awan gelap silih berganti
Kurasa kosong
Pandangan buram
Ketika itu kau tlah pergi tanpa tanya juga
Melalui pintu yang sama
Tinggalkan genang di pelupuk mata
(Lembayung Senjaa)

‎-Gelandangan-

Aku pengembara...
Menapak jalan tak berujung...
Tiada pintu...
Lalu bintang teman malam...
Dihamparan dimensi waktu...
Aku bisu pada pasir...
Sampai muak kubawa lepas...

Pada puncak malam mengemban gundah lelah...
Diam melihat suasana gerhana aliran masa depan...
Hingga hayalpun menang kala sunyi...
Berjuta andai-andai sejauh melintang galaksi...
Ku terperosok di aliran selokan yg busuk...

Tetap saja...
Aku penyusur jalan...

(Agus Bukan Penyair)

dijalan setapak menuju makam

Mendengar suara tawa,
orang2 menindik bunga kamboja,
Putik berguguran di tepi nizan,
serbuk sari berhamburan dilorong senja.

dijalan setapak menuju makam,
seekor kelelawar menggelepar,
sayapnya tersangkut tanaman pagar,
Wahai sangkakala,tunggulah sipemurung,
dia hendak melawan gerombolan kelelawar,
yg tak pernah terbang sendiri...
(wangi Pandan)

Renda peniti di jllbabmu

Kesturi adalah senyawa subuh di gegasmu, hembus menuju dasar subur. Kesuburan yang telah menumbuh caci jadi secangkup do'a ma'af. Tak terhingga kedalaman laut telah memahat lebar gerbang ampunan; bukan untuk dirimu. Tetapi untuk orang yang mencaci tambalan bajumu. Subuh itu menjadi rindu bagi tebaran matahari..!

Tapi rindu mungkin kehamilan cinta. Sebab di bait butir yang terindahnya berawal dari jumpa. Betapa kau rajut kamila di pelepah bilah lelahmu. Rindu itu mulai menggunung. Saat bibir kelumu tak mampu lagi mereguk bubur sagu. Senyummu selalu mekar. Semekar bulan melukis syahadat. Dalam do'a mengiringmu.
Selamat jalan kekasih..!
Kekasih sebenarnya telah memanggilmu...,

Dari puisi lirisku ;
~Renda peniti di jllbabmu,~ bait ke 3 dan ke 6
Cirebon 6 april 2010.
Oleh; Olan sanseviera.

bila gerimis menukik pedih

bila gerimis menukik pedih,..
maka batin akan melambung perih.
hati sudah tersayat menjadi remah-remah,,
atau harapan siap menghuni tempat sampah...
tiada tersisa kehormatan bertunas penghinaan..
dan tumbuh di ujung akar rasa giris yang mengiris.. mencekam
tapi sudahlah..
bukankah bulir padi harus ditumbuk sebelum terlihat putihnya nasi..
atau gelas kaca harus dibakar sebelum berwujud bejana wadah madu dan mocca..
kadang memang pilu...
tapi sudahlah..
bila gerimis menukik sedih, atau
batin melambung pedih..
akrablah dengan hari sepi dalam kedamaian
atau terbanglah semampu jiwa mencapai makna...
(Tri 'sipiet' Handoyo)

Kidung sepi di tepian hati

Kidung sepi di tepian hati...
Serasa mati jiwa terkelabui...
Wahai lelaki,apa yg kau cari dari wanita ini.?
Dy hanya seorang anak...
Yang harus patuh kepada ibu & bapak...
Tiada boleh bergaul dengan khalayak...
Takut membuat aib dan
harga diri terinjak...
Manusiawi bila sepi selimuti kalbu...
Dy tak berani melangkah tanpa izin ibu...
Sebaik'a kau jauhi hapus dy dari mimpi
yg akan kecewakanmu...
(Self Edward Jasmine)