Widget edited by super-bee

Rabu, 20 Oktober 2010

Aku dan Penantian


Vas bunga itu berkata
tenanglah tenang padaku
saat kumencari bayang bayangmu
di teras depan rumah cukup untuk berdua

yang kini terasa gurun luas bagiku
dan vas bunga

aku berkata membalas
tenang tenanglah pada vas bunga
saat dia mulai menumbuhkan bosan
di lubang berdebunya tak lagi bertanah
kami saling tersenyum datar vas bunga
dan aku

kami menuai harap
memupukinya dengan angan angan
tak lupa sirami dengan doa doa sebisa kami
setidaknya berkembang dalam impian
dan kami kembali menutup malam
untuk kembali ada di teras penantian.
(Juan Terbang 201010)

Mungkin

sayangilah aku walau sedikit....
cintai aku walau secuil...
ridukan aku walau sekilas bayang...

tersenyumlah padaku walau seperlunya...

mungkin....

kau tak pernah tahu...
tak pernah sadar...
ataupun sekedar merasa...

tapi sedikit inginku itu...
kan kubalas sejuta kali...
tanpa kuingat pernah memberi...
(Rahmat Shafardinus)

Selamat Tinggal

terucap selamat tinggal dari merah mulutmu
aku hanya tersenyum
lambaian tangan sepuluh jari
aku hanya tertunduk

sapa dan salam bertanya kabar
aku anggap sebuah kelakar
gandengan tangan menuntun badan
aku merasa mati suri
ketika kakimu mulai jauh melangkah
kuanggap ini sebuah berkah
asaku semakin membuncah
semangat tinggi kan ku daki
hayalan penyair tak dapat diuji
selalu ada setiap saat
sedih pun slalu tertawa
menangis pun penuh pesona

(Jaka Filyamma)

Semu

Dalam derit jerit sang waktu
Mengeratkan rindu sendu luka ku liku
Mendandani seraut wajah yang berdarah

Dari retaknya cermin diruang hampa
Lalu sayup sayup rongrongan lelah menyeruah
Mengendapkan dahaga sebuah rasa
Rasa antara ada dan tak ada
Rasa yg mendayu sayu dipodium kalbu
Rasa yg memucatkan warna
Hingga dalam sudut pandang yang terbatas
Ku hanya melihat keabu abu an semu
Menderu menyikapku ke hadapan pilu
(Ft'alone Pingin Vespa)

Bulan Kesebelas

Sambut musim gugur
Hembusan angin kian kencang menepikan dingin

Dedaun mulai menguning
Bersiap luruh
Berjatuhan dibawa angin bertandang.
Mencium tanah
Memeluk takdir yg digariskan
Kering
Menghumus,
Mengiringi musim dingin
Bulan kesebelas.
(Nadine El Mahmudah )

Selasa, 19 Oktober 2010

Biarkan Aku Pergi


kali ini kau benar2 mencacah hatiku
jadi biarlah aku pergi bersama rasa sakit dalam hati ini...

tapi percayalah kau tetap Malaikat untukku walau aku sudah tidak punya hati untuk mencintai lagi karena hatiku sudah tercacah habis karena belati yang kau tancapkan di hatiku
(Dee Dee Mutiara)

Saat Menangis Bahagiah kah Aku


Butakah namanya
saat kulihat kau tersenyum dalam rentang waktu
kini ku sebut dia Cinta bila kau izinkan

kutemukan hatiku terlipat rapi dalam ruang
di dindingnya terlukis pemandangan
indah walau kekurangan warna.

Jantankah namanya
saat kulihat kau dalam bilik kenyataan
merangkul kehidupan kembali kulihat senyum
disini hati kusayat kujadikan kecil tak terlihat
bahkan oleh mata pisau itu sendiri
aku hanya bisa melihat dibalik rumbai malam

Untukmu bukan siapa siapa dalam nyatamu
biarkan khawatirku terbungkus karang
kujaga kupertahankan
walau matahari merayu dengan sinarnya

Panggil aku dengan apa
yang tak diketahui akhir nya
panggil aku kelam
yang sendiri dalam malam
untukmu selalu dalam senyum.
(Juan Terbang)

Senin, 18 Oktober 2010

GITA CINTA



Keabadian sering kali menjadi alas ratapan hati
Ada kesendirian,mengibah kesederhanaan
Ada permata,kilau lekati pijar meniti

Abaikan rasa iba membeku menjadi pernik-pernik serpihan crystal airmata
Mimpi yang indah dalam kesejukan sepi
Mengantarkan kehampaan jalan cerita ini
Setelah dapat kembali bertemu sadar hati
Semuanya menjadi hunian singasana sepi taman kota mati. . .

By: iday suckerheatz

BAGAI MATI SURI

Terucap selamat tinggal dari merah mulutmu
aku hanya tersenyum

lambaian tangan sepuluh jari
aku hanya tertunduk
sapa dan salam bertanya kabar
aku anggap sebuah kelakar
gandengan tangan menuntun badan
aku merasa mati suri
ketika kakimu mulai jauh melangkah
kuanggap ini sebuah berkah
asaku semakin membuncah
semangat tinggi kan ku daki
hayalan penyair tak dapat diuji
slalu ada setiap saat
sedihpun slalu tertawa
menangis pun penuh pesona

(Jaka Filyamma)

Minggu, 17 Oktober 2010

MENANTI MAWAR ABADI

Musim berganti kembang bersemi
terlihat indah di jambangan hati
 

tak kan pernah jemari ini memetik setangkai wangi
hingga kau tertunduk layu mengering mati

semerbakmu iringi aku yang menjadi embun pagi
tetes demi tetes ...,perkelopakmu terbasahi
terpancar mewarni ketika ku menjelma mentari
kembang putikmu kan selalu ku sinari menyapu pagi

selalu ada mekar pada setiap kembang sejati
walaupun layu kau kan terus tumbuh berganti
ada setia wangi pada aroma bunga pengganti
menabur harum pada taman jiwa yang mati

biarkan aku menjadi daun pada tangkaimu yang berduri,
ikhlasku...,tekadkan hati niatkan nurani
menunggu kembang kuncupmu mekar kembali
dan selalu berseri pada setiap musim di dunia ini...

(Cariwan Iwan)

 

WAHAI

kala kau tak bersinar
ditelan kabut hitam
jiwaku kini retak dihadapannya

bukan sinaran hati yang tau
rindu dan dendam ditanggung seorang perawan
apa yang ku kerjakan
telah menjadi karat dalam hatiku
Ya Hamiid..
kini hambaMu menyerahkan hati padaMu
jangan kini kau cabut nyawaku
karena ku ingin merasakan dicintainya
Aku haus akan cintaMu
Aku ingin mencintainya karenaMu
Hidup yang berliku kini datang
Kekasih pujaan tak kunjung ada
Wahai hati….
kurangilah kerinduanmu padanya..
sering kali aku melihatmu tulus menyayanginya
dan tak dibalas dengan setitik kasih sayang darinya..

(Bozez Laggilaggisendry Disinidantruzsndry)

TERSERAP DINDING HATI

Biruku adalah mungkin lautan bahagia
Cerah langit pijarku menatap asmara
Sering kali cinta di jadikan alas ratapan hayal
Seiring dengung sunyi isyartkan suara hati

Hanya dapat di cinta hanya dapat di rasa
Cindai cadasnya gelora, penopang sgala airmata dan jadilah serpihan-serpihan helip karya dan sastra karnanya. . Dan olehnya

Darinya kupersempahkan seruni menjadi taman impian lekat hati. .

By: iday suckerheatz

CERITA INI PASTI BERLALU

TERSA DALAM SAAT TERUCAP
KATA MANIS TIADA TERLUKIS
TAK PERNAH LUPA SETIAP WAKTU
MENANGISPUN SEMAKIN SENDU


TERUNGKAP SIKAP YG TERGGANGGU
MERAGU NASIP YANG SLALU BISU
JALANI HIDUP ABU-ABU
TAK SADARKAN ENGKAU DAN AKU

CERITA INI SEMAKIN SERU
KISAH MANIS DALAM SENYUMAN
TERUKIR MENGALIR DALAM SUKMA
MENGGAPAI INDAH TIADA TERPAUT

CERITA INI AKANKAH BERLALU
KALA HATI MENGADU PADA NYA
HARAPAN MULAI SIRNA ....
CERITA INI PASTI BERLALU

(Jaka Filyamma)

DINDING PEMISAH


Serasa ada keraguan menyelinap didalam kalbu...
Saat bayanganmu datang menari di pelupuk mata

Ada sedikit keceriaan di rona wajah...
Tepiskan sejenak kegalauan..
Bayangmu pun semakin dekat...Semakin rapat...
Semakin menyatu dalam jiwa
Lantas ku terjaga dari ilusiku..
Naluriku berontak keras...
Kamu harus kujauhi...
!Semuanya telah berlalu...
Diantara hatimu hatiku...
Terbentang dinding yang sangat tinggi...
Bahkan mungkin terlalu tinggi...
Untuk sorot mata yang terhapuskan..

(RatMan Bin Tikus)

Suatu Nanti


aku ingin terpejam sebentar
walau kau curiga sebentarku adalah selamanya
bukan, tak akan selama itu
aku hanya ingin istirahat

kubiarkan kau membuka apa yang baru saja kualami
aku tak akan menyembunyikannya
bertanyalah, meski aku gelisah ketakutan akan itu
aku akan menjawabnya
Aku ingin kau selalu ingat hari ini
saat kau tahu apa yang sebenarnya terjadi
suatu nanti, saat kau mengalaminya
kau harus selalu tahu
bahwa kau bukan yang satu sendiri
Di tengah tekanan,
kau harus menjawab semua tanya disekitarmu
walau kau tak suka itu
Hidup memang selalu tak seperti tampaknya
Cepatlah bertanya
kalau tidakaku akan selalu terjaga
walau tidurku lama

(Lawang Ludira)


Indonesia, 1944


Ketika kulihat wajahnya yang muram...
Sejerih berhenti bertiup seruling...
Matanya berubah berkaca-kaca...
Menatap jasad tergelimpuh diatas rumput terpekat...
titis-titisnya mulai menyingkapi kesedian...
Melihat ayahnya tergeletak dengan dada berlubang...

(Agus Alghazali)