Vas bunga itu berkata
tenanglah tenang padaku
saat kumencari bayang bayangmu
di teras depan rumah cukup untuk berdua
yang kini terasa gurun luas bagiku
dan vas bunga
aku berkata membalas
tenang tenanglah pada vas bunga
saat dia mulai menumbuhkan bosan
di lubang berdebunya tak lagi bertanah
kami saling tersenyum datar vas bunga
dan aku
kami menuai harap
memupukinya dengan angan angan
tak lupa sirami dengan doa doa sebisa kami
setidaknya berkembang dalam impian
dan kami kembali menutup malam
untuk kembali ada di teras penantian.
(Juan Terbang 201010)